Selasa, 01 November 2011


LATAR BELAKANG
Bank Sampah PokLiLi

A.   LATAR BELAKANG.
Kemana sampah anda setiap hari dibawa…?
Setiap hari, kita atau pembantu membuang sampah rumah tangga ke bak sampah yang pintunya menghadap ke luar rumah. Lalu datang pemulung mengaduk-aduk mencari barang-barang yang masih laku dijual ke lapak. Kalau dia lupa menutup pintunya, anjing atau kucing ikut mengais mencari makanan. Pada malam hari saat kita sedang tertidur pulas sang binatang pengerat tikus datang ikut mengais dan mengacak-acak sampah yang ada di tempat sampah.
Ada yang diseret-seret keluar untuk membuka kantong plastiknya. Akibatnya bak sampah berantakan, bahkan di jalanan kadang-kadang ada pampers, pembalut wanita berceceran. Salah siapa….?
Pernahkah Anda iseng mengikuti perjalanan tukang sampah yang mengangkut sampah dari rumah kita?  Umumnya kita segan atau tidak peduli karena sudah mengeluarkan uang iuran kebersihan. Entah lewat RT, pengembang perumahan atau langsung ke tukang sampah secara bulanan. Asalkan sampah sudah hilang dari halaman kita, habis perkara.
Namun sebenarnya perkara atau masalahnya baru mulai dari sini. Tukang sampah akan membawa ke TPS terdekat, apakah itu TPS resmi yang ada hubungannya dengan Dinas Kebersihan, atau TPS liar yang juga berfungsi sebagai TPA. TPS liar biasanya menempati lahan-lahan kosong yang tidak jelas pemiliknya, atau tanah negara di bantaran sungai. Tukang sampah yang terkadang merangkap sebagai pemulung dan pemulung asli kemudian memilah lagi untuk mengambil barang yang layak jual ke lapak, sisanya dibakar. Yang dibakar adalah sampah anorganik termasuk sampah B3 (bahan berbahaya beracun) Maksudnya supaya ada tempat lagi untuk sampah baru.

Akibat pembakaran sampah:
1.    Timbul asap putih dan hitam, sering berbau menyengat. Kandungan gasnya juga bermacam-macam, sebagian gas beracun. Asap juga menyebabkan sesak napas dan mencemari udara, serta menjadi penyebab pemanasan global.
2.    Abu hitam yang beterbangan mengotori jemuran pakaian, kendaraan dan perabot rumah tangga.
3.    Pembakaran dibawah pohon dapat menyebabkan tumbuhan disekitarnya mati terkena udara panas.


Sedangkan timbunan sampah yang tidak dikelola menyebabkan:
1.    Bau dari sampah organik yang membusuk, yang menghasilkan gas yang berbau telur busuk, amoniak dan gas metan yang beracun.
2.    Datangnya serangga dan binatang pengerat yang menyebarkan penyakit (diare, tifus, kolera, desentri dsb.)
3.    Air leachet (licit) yang hitam dan berbau busuk, rembesannya bisa masuk ke sumber air di sekitarnya.
4.    Sampah yang longsor ke sungai mengotori sungai, menyebabkan pendangkalan sungai, banjir, kematian ikan dan biota air, bau dsb.
5.    Sampah anorganik memerlukan waktu degradasi beratus tahun, sungai dan laut sangat sulit mencernanya.

Sementara itu dari hasil survai oleh BPPT terhadap masyarakat DKI Jakarta, kendala sulitnya mengajak orang dan masyarakat mengelola sampahnya sendiri antara lain :
  1. Belum memiliki kesadaran bahwa sampah yang dihasilkannya sendiri adalah tanggung jawabnya;
  2. Merasa sampahnya tidak menjadi ancaman langsung bagi dirinya dan keluarganya;
  3. Terbiasa dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih;
  4. Urusan sampah belum menjadi priorotas utama;
  5. Kurang informasi dan kesadaran mengenai hukum tentang pengelolaan sampah;
  6. Kurang mendapat pendidikan tentang pengelolaan sampah;
  
B.   GERAKAN PERUBAHAN.
Melihat dan merasakan lingkungan sekitar dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi dalam uraian diatas, maka kami Kelompok Peduli Lingkungan disingkat POKLILI adalah suatu organisasi atau kelompok yang menjalankan kegiatannya semata-mata hanya karena kecintaanya terhadap lingkungan hidup khususnya terhadap kondisi sampah lingkungan yang semakin semrawut karena tidak diolah secara baik.
Adapun latar belakang terbentuknya POKLILI antara lain sbb. :
1.    Prihatin dengan keberadaan Tempat Penampungan Sampah (TPS) perumahan Griya Lembah Depok yang terletak di gerbang perumahan dengan kondisi yang kotor, semrawut, bau dan tidak sedap dipandang mata serta mengancam kesehatan lingkungan sekitar.
2.    Prihatin terhadap lingkungan RT yang tampak tidak teratur karena di setiap rumah terdapat tempat sampah yang setiap hari selalu diacak-acak oleh Kucing, Anjing, Tikus dan Pemulung.
3.    Ingin ikut membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat dengan mengolah sampah warga secara baik modern dan ramah lingkungan.
4.    Sadar bahwa sampah yang dikelola secara konvensional tidak akan memberikan manfaat dan hanya menjadi beban dan merusak lingkungan.
Bertolak dari kondisi diatas, maka POKLILI bergerak dan melakukan perubahan dengan cara mengadakan beberapa kegiatan yang terus berjalan hingga saat ini yaitu antara lain :
  1. Menggiatkan anggotanya untuk melakukan pemilahan sampah (organik dan anorganik) sejak/mulai dari sumber sampah yaitu dari rumah tangga anggota POKLILI. Pemilahan sampah sejak/mulai dari sumber sampah adalah kunci dari kesuksesan pengolahan sampah dengan baik dan benar, karena kondisi sampah masih bersih dan tidak berbau. Sampah organik langsung dapat diolah menjadi kompos dan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi barang kerajinan atau dapat langsung disetor/ditabung di bank sampah.
Jika pemilahan sampah tidak dari awal maka sampah akan tercampur, kotor dan berbau sehingga akan menyulitkan dalam pengolahan sampah selanjutnya.
  1. Menggiatkan anggota POKLILI dan warga sekitar untuk mengolah sampah organik menjadi kompos dengan komposter rumah tangga teknik Takakura.
Proses pengomposan sampah sejak awal dari sumber sampah (rumah tangga) ini langsung berdampak terhadap berkurangnya volume sampah yang dibuang ke TPS/TPA.
Kompos hasil produksi rumah tangga dapat dimanfaatkan langsung warga untuk pupuk tanaman di rumah masing-masing.
  1. Menggerakkan anggota POKLILI untuk belajar mendaur ulang (recycle) sampah anorganik menjadi barang kerajinan yang bermanfaat dan bernilai ekonomis misalnya : Tas dari bungkus kopi/susu, Tas/Taplak Meja/Tutup Galon dari sedotan bekas air mineral, Tikar dari bungkus mie instant, Kerajinan bunga dari bekas kantong plastik, dan produk kerajinan lain.
  2. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada kelompok masyarakat atau perorangan yang berminat untuk belajar mengolah sampah secara baik dan modern. Telah banyak kelompok masyarakat atau perorangan baik dari kota Depok maupun dari luar kota Depok yang berkunjung dan belajar tentang pengolahan sampah yang baik dan modern.
  3. Mendirikan Bank Sampah yaitu menggiatkan anggota/nasabah POKLILI untuk menabung/menyetor berupa sampah (anorganik) dan nantinya dapat diambil tabungannya berupa uang dengan nilai nominal sesuai dengan berat atau jumlah sampah yang telah ditabung.
Kegiatan inilah yang saat ini tengah dikembangkan oleh POKLILI karena sangat nyata dan efektif dapat mengurangi volume sampah dan sekaligus bermanfaat langsung terhadap nasabahnya.
Anggota/nasabah POKLILI saat ini telah mencapai 125 orang nasabah dan terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang menyadari betapa pentingnya mengelola sampah dengan baik. Dengan mengelola sampah dengan baik telah terbukti bahwa sampah bukan lagi masalah tetapi telah membawa berkah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar