LATAR BELAKANG
Bank Sampah PokLiLi
A.
LATAR BELAKANG.
Kemana sampah anda setiap hari dibawa…?
Setiap
hari, kita atau pembantu membuang sampah rumah tangga ke bak sampah yang
pintunya menghadap ke luar rumah. Lalu datang pemulung mengaduk-aduk mencari barang-barang yang masih laku dijual
ke lapak. Kalau dia lupa menutup pintunya, anjing atau kucing ikut mengais mencari makanan. Pada malam hari
saat kita sedang tertidur pulas sang binatang pengerat tikus datang ikut mengais dan mengacak-acak sampah yang ada di
tempat sampah.
Ada
yang diseret-seret keluar untuk membuka kantong plastiknya. Akibatnya bak
sampah berantakan, bahkan di jalanan kadang-kadang ada pampers, pembalut wanita
berceceran. Salah siapa….?
Pernahkah
Anda iseng mengikuti perjalanan tukang sampah yang mengangkut sampah dari rumah
kita? Umumnya kita segan atau
tidak peduli karena sudah mengeluarkan uang
iuran kebersihan. Entah lewat RT, pengembang perumahan atau langsung ke
tukang sampah secara bulanan. Asalkan
sampah sudah hilang dari halaman kita, habis perkara.
Namun
sebenarnya perkara atau masalahnya baru mulai dari sini. Tukang sampah akan
membawa ke TPS terdekat, apakah itu TPS resmi yang ada hubungannya dengan Dinas
Kebersihan, atau TPS liar yang juga berfungsi sebagai TPA. TPS liar biasanya
menempati lahan-lahan kosong yang tidak jelas pemiliknya, atau tanah negara di
bantaran sungai. Tukang sampah yang terkadang merangkap sebagai pemulung dan
pemulung asli kemudian memilah lagi untuk mengambil barang yang layak jual ke
lapak, sisanya dibakar. Yang dibakar adalah sampah anorganik termasuk sampah B3
(bahan berbahaya beracun) Maksudnya supaya ada tempat lagi untuk sampah baru.
Akibat
pembakaran sampah:
1.
Timbul
asap putih dan hitam, sering berbau menyengat. Kandungan gasnya
juga bermacam-macam, sebagian gas beracun. Asap juga menyebabkan sesak napas dan mencemari udara,
serta menjadi penyebab pemanasan global.
2.
Abu
hitam yang beterbangan mengotori jemuran pakaian, kendaraan dan perabot rumah tangga.
3.
Pembakaran
dibawah pohon dapat menyebabkan tumbuhan disekitarnya mati terkena udara panas.
Sedangkan timbunan sampah yang tidak dikelola
menyebabkan:
1. Bau dari sampah organik yang membusuk, yang menghasilkan gas yang berbau
telur busuk, amoniak dan gas metan yang beracun.
2. Datangnya serangga dan binatang pengerat yang menyebarkan penyakit (diare,
tifus, kolera, desentri dsb.)
3.
Air leachet (licit) yang hitam dan berbau busuk, rembesannya bisa
masuk ke sumber air di sekitarnya.
4.
Sampah yang longsor ke sungai mengotori sungai, menyebabkan
pendangkalan sungai, banjir, kematian ikan dan biota air, bau dsb.
5.
Sampah anorganik memerlukan waktu degradasi beratus tahun, sungai
dan laut sangat sulit mencernanya.
Sementara
itu dari hasil survai oleh BPPT terhadap masyarakat DKI Jakarta, kendala
sulitnya mengajak orang dan masyarakat mengelola sampahnya sendiri antara lain
:
- Belum memiliki kesadaran bahwa
sampah yang dihasilkannya sendiri adalah tanggung jawabnya;
- Merasa
sampahnya tidak menjadi ancaman langsung bagi dirinya dan keluarganya;
- Terbiasa
dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih;
- Urusan sampah belum menjadi
priorotas utama;
- Kurang informasi dan
kesadaran mengenai hukum tentang pengelolaan sampah;
- Kurang
mendapat pendidikan tentang pengelolaan sampah;
B.
GERAKAN PERUBAHAN.
Melihat dan merasakan lingkungan
sekitar dengan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi dalam uraian
diatas, maka kami Kelompok Peduli Lingkungan disingkat POKLILI adalah suatu
organisasi atau kelompok yang menjalankan kegiatannya semata-mata hanya karena
kecintaanya terhadap lingkungan hidup khususnya terhadap kondisi sampah
lingkungan yang semakin semrawut karena tidak diolah secara baik.
Adapun latar belakang terbentuknya
POKLILI antara lain sbb. :
1.
Prihatin dengan keberadaan Tempat Penampungan Sampah
(TPS) perumahan Griya Lembah Depok yang terletak di gerbang perumahan dengan
kondisi yang kotor, semrawut, bau dan tidak sedap dipandang mata serta
mengancam kesehatan lingkungan sekitar.
2.
Prihatin terhadap lingkungan RT yang tampak tidak teratur
karena di setiap rumah terdapat tempat sampah yang setiap hari selalu
diacak-acak oleh Kucing, Anjing, Tikus dan Pemulung.
3.
Ingin ikut membantu menciptakan lingkungan yang bersih
dan sehat dengan mengolah sampah warga secara baik modern dan ramah lingkungan.
4.
Sadar bahwa sampah yang dikelola secara konvensional
tidak akan memberikan manfaat dan hanya menjadi beban dan merusak lingkungan.
Bertolak dari
kondisi diatas, maka POKLILI bergerak dan melakukan perubahan dengan cara
mengadakan beberapa kegiatan yang terus berjalan hingga saat ini yaitu antara
lain :
- Menggiatkan anggotanya untuk melakukan pemilahan sampah (organik dan
anorganik) sejak/mulai dari sumber sampah yaitu dari rumah tangga anggota
POKLILI. Pemilahan sampah sejak/mulai dari sumber sampah adalah kunci dari
kesuksesan pengolahan sampah dengan baik dan benar, karena kondisi sampah
masih bersih dan tidak berbau. Sampah organik langsung dapat diolah
menjadi kompos dan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi barang
kerajinan atau dapat langsung disetor/ditabung di bank sampah.
Jika pemilahan
sampah tidak dari awal maka sampah akan tercampur, kotor dan berbau sehingga
akan menyulitkan dalam pengolahan sampah selanjutnya.
- Menggiatkan anggota POKLILI dan warga sekitar untuk
mengolah sampah organik menjadi
kompos dengan komposter rumah tangga teknik Takakura.
Proses
pengomposan sampah sejak awal dari sumber sampah (rumah tangga) ini langsung
berdampak terhadap berkurangnya volume sampah yang dibuang ke TPS/TPA.
Kompos hasil
produksi rumah tangga dapat dimanfaatkan langsung warga untuk pupuk tanaman di
rumah masing-masing.
- Menggerakkan anggota POKLILI
untuk belajar mendaur ulang (recycle) sampah anorganik menjadi barang kerajinan yang bermanfaat dan
bernilai ekonomis misalnya : Tas dari bungkus kopi/susu, Tas/Taplak
Meja/Tutup Galon dari sedotan bekas air mineral, Tikar dari bungkus mie
instant, Kerajinan bunga dari bekas kantong plastik, dan produk kerajinan
lain.
- Memberikan pelatihan-pelatihan
kepada kelompok masyarakat atau perorangan yang berminat untuk belajar
mengolah sampah secara baik dan modern. Telah banyak kelompok masyarakat
atau perorangan baik dari kota Depok maupun dari luar kota Depok yang
berkunjung dan belajar tentang pengolahan sampah yang baik dan modern.
- Mendirikan Bank Sampah yaitu
menggiatkan anggota/nasabah POKLILI untuk menabung/menyetor berupa sampah
(anorganik) dan nantinya dapat diambil tabungannya berupa uang dengan
nilai nominal sesuai dengan berat atau jumlah sampah yang telah ditabung.
Kegiatan
inilah yang saat ini tengah dikembangkan oleh POKLILI karena sangat nyata dan
efektif dapat mengurangi volume sampah dan sekaligus bermanfaat langsung
terhadap nasabahnya.
Anggota/nasabah
POKLILI saat ini telah mencapai 125 orang
nasabah dan terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang
menyadari betapa pentingnya mengelola sampah dengan baik. Dengan mengelola
sampah dengan baik telah terbukti bahwa sampah bukan lagi masalah tetapi telah
membawa berkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar